Rabu, 13 Februari 2019

Jengah

Aku tak berjanji akan lupa, pada setiap jengkal kenangan yang dulu kita lalui bersama.
Aku juga tak berjanji ada, semacam dulu aku siap temanimu kala suka dan duka.
Lirih dan sakit. Penat dan muak. Bimbang dan kecewa. Adalah potret kegelisahan yang tak ada ujungnya jika terus dilanjutkan bersamamu kedepannya.
Kemunafikan demi kemunafikan kau pupuk dalam kepercayaanku. Kau hanya dapat menumpuk janji tanpa sadar semakin kau tumpuk semakin susah pula kau tepati.
Sadarkah kau keliru ?
Iya, memang benar. Aku yang salah dalam kisah kita. Aku yang telah meninggalkanmu. Aku yang membiarkan kamu sendirian. Aku yang jenuh. Aku yang mencari-cari kesalahanmu. Aku yang hanya bisa menuntut. Aku yang tanpa sadar melakukan pembalasan.



Heny Diyah Setyowati
Pati, 14 Februari 2019

Manusia Baik

Hai....
Selamat bertemu.
Selamat menikmati hari demi hari dengan sapa pagi dariku.
Selamat menikmati malam dengan aku yang terus berada difikirmu.
Selamat menikmati segala macam perhatian dariku.
Selamat berkenalan dengan segala baik dan burukku.
Selamat berdamai dengan segala kenangan pahitku.
Aku tak pernah secepat ini larut dalam manusia baru.
Manusia baik yang tanpa sadar menuju ke arahku.
Manusia baik yang telah lama ku bentuk pada manusia-manusia sebelummu.
Manusia baik yang ku temukan berkat hobiku.
Manusia baik yang bersedia mengajakku berdiri kembali melawan segala kegagalan.
Manusia baik yang mengajarkan aku maaf dan terimakasih.
Manusia baik yang mau berjalan beriringan denganku.
Teruntukmu, teruslah menjadi baik. Bertambah baik, semakin baik. Teruslah menjadi tujuan kecil yang ingin kubesarkan bersamaku. ❤❤❤

Aku dan Sebuah Kegagalan


Kukira, apapun yang aku mulai akan berujung keberhasilan.
Kukira, apa yang selama ini aku bangun akan kokoh kuat berdiri hingga bisa dihuni.
Kukira, manusia-manusia yang dulu aku perjuangkan adalah yang terakhir. Ternyata bukan.
Kukira, rasa sakit yang aku terima akan jauh lebih sedikit daripada limpahan bahagia yang aku harapkan. Ternyata tidak.
Kisahku tak lebih hanyalah sebuah kegagalan. Tak kurang hanya sebuah kesia-siaan. Yang telah lama ku pertahankan.
Dulu sempat berfikir. “Apakah aku tidak boleh memberinya kesempatan yang ke 2 ?”
“Apakah aku tanpanya akan baik-baik saja ?”
“Apakah nanti bila aku lepaskan genggaman ini akan kutemukan orang senyaman dia ?”
Sampai aku diombang-ambing kebodohan.
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhh sangat bodoh bahkan.
Manusia yang ku gadang-gadangkan. Yang ku percaya akan menjadi temanku hingga menua. Ternyata tak lebih dari sebuah penyakit. Yang sering kumat, yang sering membuatku lemas tak berselera. Tak lebih dari seorang pecundang. Yang meminta maaf hanya untuk mengulangi kesalahan. Tak lebih dari sebuah kesalahan karena terlalu lama kupertahankan. Tak lebih dari sebuah kegagalan. Yang sekarang telah aku lepaskan :)